Rabu, 16 Mei 2012

cerita tengah malamku

       berkali-kali ku ucapkan kata ikhlas agar bisa belajar ikhlas mencintaimu. kenyataanya masih ada momen-momen ketika aku tidak bisa benar-benar mengikhlaskanmu. yang aku lakukan hanya menangis, berharap aku terbangun dari mimpiku tentangmu dan berharap dirimu.
       Bahkan aku sudah mulai patah arang, ilmu yang harus aku pelajari? kamu seakan seperti penyakit ganas yang bersarang dihatiku. sehingga tak ada satupun obat yang bisa menyembuhkanku darimu. motivator apa yang harus pergunakan untuk menyakinkan bahwa kamu milik orang lain. apa aku sudah terlalu buta? apa tak ada obat? (aku ingin sembuh).

       Aku harus menikmati, rasa sakit ataupun bahagia yang kudapat dari imbas terus berada disisimu. aku hanya bisa memberikan senyum palsuku didepanmu. karena aku tak ingin terlihat lemah. aku baik-baik saja tanpamu!
          Pada kenyataannya hari ini, aku masih menangisimu tanpa tau apalagi yang benar-benar kuharapkan dari dirimu! jika malam ini tuhan mendengar do'aku, tolong jadikan aku tulang rusuknya. agar aku bisa kembali bersamanya. dan selalu bersamanya.

today, in mei 16 2012 (ketemu M.J.A)


hari ini dateng kekostnya dia, awalnya gag ada niat mau nemenin dia tapi gag sengaja ketemu karna nemenin nana (temen kost gw). kangen!!!!
bahkan gw kangen banget. tapi emang dasar M.J.A otak mesum! dia malah nantangin dia buat nyium dia. bukannya gw gag mau. tapi pikir aja masa didepan temen-temennya dia? trus lagian kan dia udah punya pacar. gag wajar! ogah deh!


tapi gimanapun gw tetep sayang M.J.A (Mujahid Arsad)!
kenapa gw nulis disini? karena gw tau dia gag akan baca disini !

haahhahahha
:D
apalagi pacarnya...

hmmmmm
seandainya ada kesempatan, aku ingin kembali dengannya.
tapi dengan menjadi yang terbaik untuknya.
tak akan kulepas. semoga dia jodohku walaupun kemungkinannya 50:50.

amin!
^_^


#love you always 

only way to always loving you

meski kenyataannya hak paten memilikimu tidak aku dapatkan, namun jika berada didekatmu itu adalah suatu kebolehan, maka aku rela. karena yang aku inginkan hanya tidak kehilanganmu. biarkan aku terus berada disisimu. mencintaimu dengan keikhlasku. tanpa ada balasan dari hatimu. biarkan kebahagiaan bersamu menjadi rahasia hatiku yang terdalam. karena memiliki bukanlah suatu hal yang penting. teruslah berada didekatku, walaupun itu tanpa sepengetahuan kekasihmu. dan aku tidak akan pernah merebutmu dari sisinya. hanya ingin menjadikan kau sisi lain dari hatiku.

^_^

Selasa, 15 Mei 2012

Teknik-Teknik Pemberian Skor Pada Evaluasi Peserta Didik


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perkembangan sistem pendidikan di Indonesia menuntut penyesuaian dalam segala hal yang mempengaruhinya. Salah satu yang tetap ada dan langgeng yang selalu mendapat sorotan adalah evaluasi belajar siswa atau pencapaian hasil belajar siswa.
Namun pencapaian hasil belajar siswa yang optimal itu akan tergantung dan selalu pengaruhi oleh kurikulum, sarana belajar, guru dan siswa sendiri. Selain itu kebijakan-kebijakan pemerintah tentang sistem pendidikan nasional juga sangat mempengaruhi kualitas pendidikan.
Sesudah atau dalam melaksanakan suatu kegiatan perlu diadakan evaluasi agar dapat diketahui, berhasil atau tidaknya kegiatan yang dilakukan tersebut. Demikian halnya dalam pendidikan, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting yang harus dilaksanakan oleh guru. Agar seorang guru dapat mengetahui apakah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan telah berhasi atau tidak. Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana degan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar yaitu Prinsip keseluruhan, Prinsip kesinambungan, dan prinsip objektivitas.
Selain itu juga ntuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan tes-tes dengan standar-standar tertentu sesuai dengan perkembangannya. Maka dari itu bagi seorang pendidik harus mengetahui bagaimana cara atau teknik-teknik yang baik untuk mengevaluasi anak didiknya, sejauh mana pencapaian siswa dalam menguasai materi yang disampaikan.




1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Jelaskanlah apa-apa saja teknik yang dipergunakan dalam memeriksa hasil evaluasi peserta didik!
2.      Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan pemberian skor?
3.      Jelaskanlah teknik apa saja yang dipergunakan dalam pemberian skor!
4.      Jelaskanlah bagaimana mengolah skor menjadi nilai!
1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah evaluasi pendidikan
2.      Untuk mengetahui teknik-teknik yang dipergunakan dalam memeriksa hasil evaluasi peserta didik.
3.      Untuk memahami apa yang dimaksud dengan pemberian skor (scoring).
4.      Memahami tekni-teknik apa saja yang dipergunakan dalam pemberian skor.
5.      Mengetahi bagaimana cara mengolah skor mentah menjadi nilai.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teknik-Teknik Pemeriksaan
Untuk mengetahui hasil belajar dan sejauhmana tingkat pemahaman anak didik biasanya guru melakukan memberikan tes baik berupa tes lisan, tulisan maupun perbuatan (praktek). Dari hasil tes tersebut dapat diketahui tingkat pemahaman siswa yang kemudian dapat digunakan sebagai evaluasi pendidik/ guru dalam menentukan kelanjutan belajar sekaligus menentukan penilaian anak didik.
Dengan adanya perbedaan cara mendapatkan hasil atau pemberian tes ini maka tidak dapat dihindari lagi perlu adanya teknik-teknik yang berbeda dalam melakukan pemeriksaan atau koreksi untuk mendapatkan hasil akhir (nilai).
Sebelum lebih jauh membahas mengenai teknik-teknik pemeriksaan, sebaiknya lebih dahulu memahami istilah-istilah yang berhubungan dengan tes yaitu :
1.        Tes adalah alat atau prosedur ysng digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
2.        Testing, merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan atau saat pengambilan tes.
3.        Testee (tercoba), adalah responden yang sedang mengerjakan tes. Orang inilah yang akan dinilai atau diukur kemampuan, bakat, minat, pencapaian, dan sebagainya.
4.        Tester (pencoba), adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain tester adalah subjek evaluasi. Tugasnya adalah mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan, membagikan lembaran tes dan alat lain, menerangkan cara mengerjakan tes, mengawasi, memberikan tanda waktu, mengumpulkan pekerjaan, mengisi berita acara atau laporan lain yang diperlukan.


Adapun teknik-teknik pemeriksaan atau koreksi adalah sebagai berikut :
1.    Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Tertulis
Tes tertulis dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu tes hasil belajar (tertulis) bentuk uraian (Subjective test=test essay) dan tes hasil belajar bentuk objektif (Objective test). Kedua kelompok tersebut mempunyai karakter yang berbeda sehingga teknik pemeriksaannya dan hasil-hasilnya pun pasti berbeda pula.
1)   Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar Bentuk Uraian
Dalam bentuk teknik pemeriksaan hasil tes belajar dalam bentuk uraian, evaluator (tester/ pemberi test) sebaiknya membuat kunci jawaban setelah soal tes selesai disusun sebagai dasar pedoman dalam mengoreksi hasil jawaban dari peserta tes dengan cara membandingkan antara jawaban peserta tes dengan pedoman jawaban yang betul.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan dengan tes uraian ini  adalah :
1)        Apakah nantinya pengolahan dan penentuan hasil tes uraian itu akan didasarkan pada standar mutlak, atau
2)        Apakah nantinya pengolahan dan penentuan hasil tes subyektif akan didasarkan pada standar relatif.
Apabila pengolahan dan penentuan hasil tes uraian akan didasarkan pada standar mutlak maka prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
1)        Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh peserta tes untuk setiap butir soal tes uraian dan membandingkannya dengan pedoman jawaban betul yang sudah disiapkan.
2)        Atas dasar pembandingan antara jawaban peserta tes dengan pedoman/ ancar-ancar jawaban betul yang telah disiapkan, tester lalu memberikan skor untuk setiap butir soal dan menuliskannya di bagian kiri dari jawaban testee tersebut.
3)        Menjumlahkan skor-skor yang telah diberikan kepada testee (digunakan sebagai bahan dalam pengolahan dan penentuan nilai).
Apabila pengolahan dan penentuan nilai akan didasarkan pada standar relatif (dimana penentuan nilai didasarkan pada prestasi kelompok) maka prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
1)        Memeriksa jawaban atas butir soal nomor 1 yang diberikan oleh seluruh testee, sehingga diperoleh gambaran secara umum mengenai keseluruhan jawaban yang ada. Setelah pemeriksaan terhadap seluruh jawban item nomor 1 dapat diselesaikan, maka tester akan menjadi tahu, testee manakah yang memberikan jawabannya termasuk lengkap, kurang lengkap, menyimpang dan tidak memberikan jawaban sama sekali.
2)        Memberikan skor terhadap jawaban soal nomor 1 untuk seluruh testee, misalnya untuk jawaban lengkap diberi skor 2, kurang lengkap diberikan skor 1, dan yang menyimpang atau tidak memberikan jawaban sama sekali diberikan skor 0.
3)        Setelah pemeriksaan atas jawaban butir soal nomor 1 untuk seluruh testee dapat diselesaikan, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan terhadap jawaban butir soal nomor 2, dengan cara yang sama.
4)        Memberikan skor terhadap jawaban butir soal nomor 2 dari seluruh testee, dengan cara yang sama, dan seterusnya sampai dengan selesai dengan langkah yang sama.
5)        Setelah jawaban seluruh butir soal yang diberikan oleh seluruh testee dapat diselesaikan, akhirnya dilakukan penjumlahan skor (yang nantinya akan dijadikan bahan dalam pengolahan dan penentuan nilai).
2)   Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar Bentuk Obyektif
Memeriksa atau mengoreksi jawaban soal tes obyektif pada umumnya dilakukan dengan jalan menggunakan kunci jawaban.
Ada beberapa macam kunci jawaban yang dapat digunakan untuk mengoreksi jawaban soal tes obyektif, yaitu : Kunci berdamping (Strip keys), Kunci sistem karbon (Carbon system keys), Kunci sistem tusukan (Pinpick system keys), Kunci berjendela (Windown keys).


Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1)   Kunci Berdamping (Strip keys)
Kunci jawaban ini terdiri atas jawaban-jawaban betul yang ditulis dalam satu kolom yang lurus dari atas ke bawah. Kunci jawaban jenis pertama ini digunakan untuk memeriksa jawaban-jawaban yang ditulis pada kolom 1, yang disusun lurus dari atas ke bawah.
Adapun cara menggunakannya ialah dengan meletakkan kunci jawaban tersebut berjajar dengan lembar jawaban yang akan diperiksa. Cocokkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh testee dengan jawaban-jawaban yang tercantum pada kunci jawaban. Jawaban yang cocok dengan kunci jawaban diiisi/ ditulis dengan tanda plus (+), sedangkan jawaban yang tidak cocok dengan kunci jawaban diisi dengan tanda minus (-).
2)   Kunci sistem karbon (Carbon system keys)
Kunci jawaban ini berupa lembar kunci jawaban yang telah didesain sedemikian rupa sehingga mudah digunakan sebagai untuk memeriksa atau mengoreksi. Misalnya adalah testee diminta membubuhkan tanda silang pada abjad jawaban soal. Maka kunci jawaban diletakkan di atas lembaran jawaban yang sudah ditumpangi lembaran karbon. Pada kunci jawaban diberikan tanda (misalnya : lingkaran) pada jawaban yang betul. Jawaban yang berada diluar tanda (misalnya : lingkaran) adalah salah dan jawaban yang berada di dalam tanda (misalnya : lingkaran) adalah betul.
3)   Kunci sistem tusukan (Pinpick system keys)
Pada dasarnya sama dengan sistem karbon. Perbedaanya ialah, kunci jawaban pada sistem ini adalah untuk jawaban yang betul diberikan tusukan dengan jarum atau paku, atau alat penusuk lainnya sementara lembar jawaban berada di bawahnya. Pilihan jawaban yang berlubang adalah betul dan pilihan jawban yang tidak berlubang adalah salah.
4)   Kunci berjendela (Windows keys)
Prosedur penggunaan sistem kunci berjendela (Windows keys) adalah sebagai berikut :
a)         Ambil blanko lembar jawaban yang masih kosong (belum digunakan)
b)        Pilihan jawaban yang betul diberikan lubang (bulatan) seolah-oleh seperti jendela.
c)         Lembar jawaban kita letakkan di bawah kunci berjendela.
d)        Melalui lubang-lubang (jendela-jedela) dibuat garis vertikal dengan pensil berwarna. Jika garis tersebut tepat mengenai tanda silang yang pada lembar jawaban maka jawabannya adalah betul dan pada bagian lembar jawaban yang pilihannya tidak terkena goresan berarti salah.
2.    Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Lisan
Pemeriksaan atau koreksi yang dilaksanakan dalam rangka menilai jawaban-jawaban testee pada tes hasil belajar secara lisan pada umumnya cenderung bersifat subyektif. Hal ini lebih mudah dipahami karena berhubungan langsung dengan benda hidup dan tidak berhubungan dengan lembar jawaban yang merupakan benda mati.
Dalam tes lisan, testee yang sedang di tes oleh tester kemungkinan adalah temasuk testee yang “disukai” oleh tester sehingga mendapatkan simpati dari tester, atau sebaliknya testee yang sedang dihadapi adalah termasuk testee yang “kurang disukai”, sehingga terdaat peluang bagi tester untuk bertindak tidak/ kurang obyektif. Menghadapi kemungkinan-kemungkinan tersebut maka penguji harus berusaha semaksimal mungkin untuk tetap berlaku obyektif terhadap testee, dan tidak terpengaruh oleh obyek (testee) yang sedang dihadapinya.
Dalam pelaksanaan tes lisan hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :
a.         Pertahankanlah situasi evaluasi dalam pelaksanaan tes lisan.
b.    Jangan membentak testee dan mengeluarkan kata-kata yang tidak semestinya, misalnya : tolol, bodoh, dan sebagainya.
c.    Jangan berkecenderungan membantu testee yang sedang dites dengan memberikan kode-kode, isyarat atau kunci-kunci lain karena merasa kasihan, simpati dan sebagainya.
d.   Siapkan rencana pertanyaan yang akan disampaikan sekaligus jawaban yang diharapkan untuk setiap pertanyaan (soal dan kunci jawaban).
e.    Lakukan scoring terhadap jawaban yang diberikan oleh testee dengan teliti. Maka dari itu sebaiknya penilaian dilakukan selama tes berjalan.
Dalam hubungan ini, pemeriksaan terhadap jawaban-jawaban testee hendaknya dikendalikan oleh pedoman yang pasti, misalnya :
a.       Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh testee. Apakah jawaban testee telah memenuhi atau mencakup semua unsur yang seharusnya ada, sesuai dengan jawaban betul yang telah disusun oleh tester.
b.      Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban-jawaban. Apakah testee cukup lancar dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari tester, sehingga mencerminkan tingkat kedalaman pemahaman testee terhadap materi pertanyaan yang diajukan.
c.       Kebenaran jawaban yang dikemukakan. Jawaban yang banyak dari testee belum tentu merupakan jawaban yang benar. Maka dari itu tester harus benar-benar jeli dalam menyaring jawaban dari testee, apakah jawaban tersebut mengandung kadar kebenaran atau tidak.
d.      Kemampuan testee dalam mepertahankan pendapatnya. Jawaban yang disampaikan dengan ragu-ragu merupakan salah satu indikator bahwa testee kurang menguasai materi yang ditanyakan.
e.       Berapa persen (%) kira-kira, pertanyaan-pertanyaan lisan yang tergolong dalam kategori sukar, sedang dan mudah dapat dijawab dengan betul oleh testee.
Penguji juga dapat menambahkan unsur-unsur lain yang di rasa perlu sebagai bahan penilaian, misalnya : penampilan, kesopanan, kerapian, kedisiplinan dan sebagainya.
2.2  Pengertian Skor
Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban instrumen menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item dalam instrumen. Angka-angka hasil penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade).
Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami skor dan nilai lebih dahulu harus dipahami perbedaan antara skor dan nilai. Hal ini didasarkan dengan masih banyaknya anggapan antara skor dan nilai mengandung satu pengertian atau sama.
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dari angka-angka dar setiap butir soal yang telah di jawab oleh testee dengan benar, dengan mempertimbangkan bobot jawaban betulnya.
Adapun yang dimaksud dengan nilai adalah angka atau huruf yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. Sehingga nilai sering disebut juga dengan skor standar (Standarg Score).
2.3  Teknik-Teknik Pemberian Skor
Cara pemberian skor terhadap hasil tes hasil belajar pada umumnya disesuaikan dengan bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut, tes uraian (essay) atau tes obyektif (objektive test). Penjelasannya sebagai berikut :
A.      Pemberian Skor pada Tes Uraian
Pada tes uraian, pemberian skor didasarkan pada bobot (weight) yang diberikan pada setiap butir soal, didasarkan dan disesuaikan dengan tingkat kesulitan dari soal tersebut dan atau banyak sedikitnya unsur yang terdapat dalam jawaban yang dianggap paling benar.

B.       Pemberian Skor pada Tes Obyektif
Pemberian skor pada tes obyektif pada umumnya digunakan rumus correction for geussing atau di kenal dengan istilah sistem denda.
Untuk soal obyektif bentuk true-false misalnya, setiap item diberi skor maksimal 1 (satu). Apabila testee menjawab benar maka diberikan skor 1 dan apabila salah maka diberikan skor 0.
Cara menghitung skor terakhir dari seluruh item bentuk true-false, dapat digunakan dua macam rumus yaitu : Rumus yang memperhitungkan denda dan rumus yang mengabaikan atau meniadakan denda. Penggunaan rumus-rumus tersebut tergantung dari kebijakan tester.
Yang perlu diperhatikan pada tes obyektif adalah karena berbentuk mutiple choice maka masing-masing item soal memiliki derajat atau tingkat kesulitan masing-masing yang berbeda, jadi bobot jawaban yang benar belum tentu memiliki skor 1, melainkan bisa juga berbobot 1 ½ , 2 ½, 5 dan sebagainya. Dalam hal ini yang dapat menentukan bobot soal adalah orang yang paling tahu dengan mengenai derajat kesulitan soal tersebut yaitu sebaiknya adalah pembuat soal itu sendiri atau tester.

2.4  Pengolahan Skor Menjadi Nilai
Setelah proses pemeriksaan dan pemberian skor langkah selanjutnya adalah mengolah skor tersebut menjadi nilai-nilai yang merupakan hasil akhir. Sebagimana telah diketahui sebelumnya antara skor dan nilai adalah tidak sama.
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dari penjumlahan angka-angka dalam setiap butir soal yang di jawab dengan benar oleh testee, dan memperhitungkan bobot jawaban, sedangkan nilai adalah angka atau huruf yang merupakan hasil konversi (rubahan) dari penjumlahan skor yang disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu yang pada dasarnya merupakan lambang kemampuan testee terhadap materi atau bahan yang diteskan.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa untuk mendapatkan nilai, maka skor-skor yang telah didapat masih merupakan skor mentah dan perlu diolah dan dikonversikan sehingga skor dapat berubah menjadi nilai (menjadi skor yang sifatnya baku atau standar (Standard Score) :
Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Menjadi Nilai Standard (Standard Score). Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi skor stdandard atau nilai yaitu :
a.    Dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi skor standard atau nilai terdapat dua cara yang dapat ditempuh yaitu :
ü  Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada kriterium (Criterion) atau sering juga disebut dengan patokan. Cara pertama ini sering dikenal dengan istilah criterion referenced evaluation. Di dunia pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah Penilain Acuan Patokan (PAP) ada juga yang mengatakan dengan istilah Standar Mutlak.
ü  Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan mengacu pada norma atau kelompok. Cara kedua ini dikenal dengan istilah norm referenced evaluation. Di dalam dunia pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah Penilaian Acuan Norma (PAN).
b.    Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan berbagai macam skala, misalnya : skala 5 (Stanfive), yaitu nilai standar berskala lima yang dikenal dengan istilah nilai huruf A, B, C, D dan F. Skala sembilan (Stanine) yaitu nilai standar berskala sembilan dimana rentang nilainya mulai dari 1 sampai dengan 9 (tidak ada nilai =0 dan >10), skala sebelas (standard eleven/ eleven points scale) rentang nilai mulai dari 0 sampai dengan 10, z score (nilai standar z), dan T score (nilai standar T).
Dalam pembahasan kali ini hanya akan dibahas mengenai pengolahan hasil belajar dengan acuan patokan dan acuan norma.

1.        Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian Acuan Patokan (criterion referenced evaluation) yang dikenal juga dengan standar mutlak berusaha menafsirkan hasil tes yang diperoleh siswa dengan membandingkannya dengan patokan yang telah ditetapkan. Sebelum hasil tes diperoleh atau bahkan sebelum kegiatan pengajaran dilakukan, patokan yang akan dipergunakan untuk menentukan kelulusan harus sudah ditetapkan.
Standar atau patokan tersebut memuat ketentuan-ketentuan yang dipergunakan sebagai batas-batas penentuan kelulusan testee atau batas pemberian nilai pada testee. Jika skor yang diperoleh oleh testee memenuhi batas minimal maka testee dinyatakan telah memenuhi tingkat penguasaan minimal terhadap materi yang disampaikan dan sebaliknya jika testee belum bisa memenuhi batas minimal yang ditentukan maka testee dianggap belum “lulus” atau belum menguasai materi. Karena batasan-batasan tersebut bersifat mutlak/ pasti maka hasil yang diperoleh tidak dapat di tawar lagi.
Standar penilaian ditentukan secara mutlak, banyaknya testee yang memperoleh nilai tinggi atau jumlah kelulusan testee banyak akan mencerminkan penguasaannya terhadap materi yang disampaikan.
Pengolahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a)    Menggabungkan skor dari berbagai sumber penilaian untuk memperolah skor akhir.
b)   Menghitung skor minimum penguasaan tuntas dengan menerapkan prosentase Batas Minimal Penguasaan (BMP).
c)    Menentukan tabel konversi
2.         Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penggunaan penilaian dengan norma kelompok atau norma relatif/ standar relatif ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1908 (Cureton, 1971) dengan landasan dasar bahwa tingkat pencapaian belajar siswa akan tersebar menurut kurva normal.
Penilaian Acuan Norma (Norm Referenced Evaluation) dikenal pula dengan Standar Relatif atau Norma Kelompok. Pendekatan penilaian ini menafsirkan hasil tes yang diperoleh testee dengan membandingkan dengan hasil tes dari testee lain dalam kelompoknya. Alat pembanding tersebut yang menjadi dasar standar kelulusan dan pemberian nilai ditentukan berdasarkan skor yang diperoleh testee dalam satu kelompok. Dengan demikian, standar kelulusan baru daat ditentukan setelah diperoleh skor dari para peserta testee.
Hal ini berarti setiap kelompok mempunyai standar masing-masing dan standar satu kelompok tidak dapat dipergunakan sebagai standar kelompok yang lain. Standar dari hasil tes sebelumnya pun tidak dapat dipergunakan sebagai standar sehingga setiap memperoleh hasil tes harus dibuat norma yang baru.
Dasar pemikiran dari penggunaan standar PAN adalah adanya asumsi bahwa di setiap populasi yang heterogen terdapat siswa dengan kelompok baik, kelompok sedang dan kelompok kurang.
Pengolahan skor dengan Penilaian Acuan Norma (PAN) mengharuskan kita menghitung dengan statistik. Perhitungan dilakukan atas skor akhir (penggabungan berbagai sumber skor), kemudian dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a)      Menghitung Ditribusi Angka (Da), Rata-rata Hitung (RH) dan Range of Score/ Rentang Skor (R), dengan rumus :
R = Skor Tertinggi – Skor Terendah
b)      Menentukan kelompok nilai, Kelas Interval (Ki), dan Interval Duga (RD)
c)      Membuat Tabel Distribusi Frekuensi (TDF)
d)     Mencari rata-rata Duga (RD, Mean Duga (MD), dengan rumus :
e)      Menghitung rata-rata hitung (RH) dan Mean (M) dengan rumus :
f)       Menghitung Standar Deviasi (SD), dengan rumus :
g)      Menyusun Tabel Konversi PAN
Dalam membuat tabel harus diperhatikan adalah skala nilai yang digunakan (skala 5, skala 10, atau skala 100)
Kelemahan sistem PAN adalah dengan tes apapun dalam kelompok apapun dan dengan dasar prestasi yang bagaimanapun, pemberian nilai dengan sistem ini selalu dapat dilakukan. Karena itu penggunaan sistem PAN dapat dilakukan dengan baik apabila memenuhi syarat yang mendasari kurva normal, yaitu :
a)      Skor nilai terpencar atau dapat dianggap terpencar sesuai dengan pencaran kurva normal.
b)      Jumlah yang dinilai minimal 50 orang atau sebaiknya 100 orang ke atas.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian singkat yang telah penulis sampaikan, maka penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 
  1. Pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban instrumen menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item dalam instrumen. Angka-angka hasil penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade).
  2. Terdapat berbagai macam cara atau teknik untuk memeriksa hasil tes, memberikan skor dan mengolahnya menjadi nilai.
  3. Dalam pengolahan hasil evaluasi terdapat dua macam pendekatan yaitu pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN).

3.2 Saran
Dalam melakukan evaluasi hendaknya perlu dipertimbangkan hal-hal yang menyangkut dengan tata cara penilaian serta mengcu pada norma-norma penilaian agar terjadi penilaian yang bersifat objektif, komperehensif, dan continue.


LAPORAN OBSERVASI MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA



BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang Observasi
Penggunaan sarana dan prasarana harus diatur, agar tercapai maksud yang diinginkan. Karena itu, kepala sekolah sebagai manajer pendidikan, punya kewajiban untuk mengatur. Dalam kondisi sarana dan prasarana yang kuantitasnya melebihi jumlah pengguna, soal penggunaan sarana dan prasarana tidaklah banyak menjadi persoalan. Oleh karena itu, pengaturan penggiliran dalam hal pengguanan haruslah dilakukan. Pada sekolah-sekolah, ruangan yang tersedia untuk peserta didik ada kalanya menggunakan sistem plot dan sistem tanpa plot. Pada penggunaan pada sistem plot, ruangan dengan mudah dikelola karena telah diperutukkan untuk kelas tertentu, contoh dari penggunaan sistem plot misalnya ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang laboratorium IPA, IPS, ruang bengkel, gudang, dan sebagainya. Sedangkan sistem non plot, ruangan tersebut dapat berganti-ganti dalam satu hari yang menempati ruang kelas tersebut lima sampai enam kelompok belajar yang berbeda. Model tanpa plot ini umumnya terjadi di perguruan tinggi, dimana setiap fakultas terdiri atas beberapa jurusan, setiap jurusan terdiri atas beberapa program studi, dan masing-masing program studi terdiri atas beberapa angkatan.
Penggunaan sarana dan prasarana pendidikan yang lainnya, umumnya yang berupa alat-alat elektronik hendaknya diperhatikan dengan seksama tentang petunjuk pengoperasian bagaimana yang tercantum dalam manual. Dewasa ini, petunjuk pengoperasiaan banyak yang berbahasa asing dan sekedar diformulasikan dengan gambar-gambar. Menerjemahkan petunjuk tersebut dengan sederhana dan langkah demi langkah, akan memudahkan kepada para pengguna untuk mengoperasikan, sebab kesalahan dalam hal pengoperasiaan, bisa menjadikan peralatan peralatan tersebut cepat rusak. Jika seluruh pengguna peralatan tersebut diharapkan dapat mengoperasikan dengan benar, maka pelatihan terhadap mereka sebenarnya dapat juga dilakukan.
Agar sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah dapat dimanfaatkan oleh peserta didik dan warga sekolah lain dengan merata, maka kepala sekolah perlu memberikan motivasi kepada para pengguna tersebut. Supaya kepala sekolah mengetahui kadar penggunaannya, pihak-pihak yang menggunakan dan yang tidak menggunakan, sepatutnya kepala sekolah mempunyai data tentang hal tersebut. Dengan demikian kepala sekolah juga sekaligus dapat melihat kepadatan penggunaan peralatan tersebut. Dengan adanya daftar penggunaan, waktu penggunaan, dan frekuensi penggunaan, kepala sekolah juga sekaligus akan tahu jenis peralatan dengan merek apa yang lebih handal dan jenis peralatan dengan merek apa yang kurang atau tidak handal
Seperti yang kita ketahui bersama,bahwa sarana dan prasarana merupakan penunjang tercapainya tujuan pendidikan yang diharpkan. Untuk merealisasikan pendidikan yang merupakan usaha sadar dan yang bertujuan mengembangkan kepribadian dan kemampuan siswa, maka sekolah hendaknya membina potensi lahir dan batin secara maksimal. Dengan demikian sekolah merupakan salah satu tempat untuk mewujudkan pembentukan manusia Indonesia yang seutuhnya, sesuai tujuan pendidikan dalam GBHN.
1.2   Tujuan Observasi
Adapun tujuan dari kegiatan observasi yang dilakukan di SMP Negeri 3 Tilatang Kemang Kabupaten Agam mengenai peliharaan sarana dan prasarana sekolahnya adalah untuk mengetahui dan memahami secara langsung bagaimana implementasi manjemen sarana dan prasarana dilapangan tentang pemeliharaan.


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sarana Prasarana Pendidikan
Sarama pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, alat tulis dan media pembelajaran. Adapun prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun sekolah, taman belajar dan lain- lain.
Manajemen sarana dan prasarana gunanya untuk mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan ini meliputi perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventaris dan penghapusan serta penataan. Hal ini diharapkan bisamenciptakan suasana sekolah yang bersih, rapi, indah dan siap pakai sehingga kegiatan pendidikan bisa berjalan optimal.
Salah satu aspek yang seyogyanya mendapat perhatian utama dari setiap administrator pendidikan adalah mengenai sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan, seperti: gedung, ruang belajar/kelas, alat-alat/media pendidikan, meja, kursi dan sebagaianya. Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti : halaman, kebun/taman sekolah, jalan menuju ke sekolah.
Sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya dapat dikelompokan dalam empat kelompok, yaitu tanah, bangunan, perlengkapan, dan perabot sekolah (site, building, equipment, and furniture). Agar semua fasilitas tersebut memberikan kontribusi yang berarti pada jalannya proses pendidikan, hendaknya dikelola dengan dengan baik. Pengelolaan yang dimaksud meliputi: (1) perencanaan, (2) Pengadaan, (3) Inventarisasi, (4) Penyimpanan, (5) Penataan, (6) Penggunaan, (7) Pemeliharaan dan, (8) Penghapusan.
2.2 Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana
Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdayaguna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan.
Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut kondisinya baik dan siap digunakan. Pemeliharaan mencakup segala daya upaya yang terus menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam keadaan baik. Pemeliharaan dimulai dari pemakaian barang, yaitu dengan cara hati-hati dalam menggunakannya. Pemeliharaan yang bersifat khusus harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai keahlian sesuai dengan jenis barang yang dimaksud.
Tujuan pemeliharaan agar kekayaan yang besar nilainya itu memperoleh pengalaman yang baik. Pengamanan itu hendaknya secara menyeluruh, yaitu pengamanan perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, dan penghapusan.
Pemeliharaan merupakan kegiatan terus menerus untuk mengusahakan agar barang tetap dalam keadaan baik atau siap untuk dipakai. Menurut kurun waktu pemeliharaan dibedakan dalam:
1.        Pemeliharaan Sehari-hari
Dilaksanakan oleh pegawai yang menggunakan barang tersebut dan bertanggung jawab atas barang itu. Misalnya pengemudi mobil, pemegang mesin diesel, pemegang mesin tik, mesin stensil, harus memelihara kebersihan dan memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil.
2.        Pemeliharaan Berkala
Dilakukan dalam jangka waktu tertentu, misalnya dua bulan sekali, tiga bulan sekali. Pelaksanaan pemeliharaan dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan pihak kedua. Pemeliharaan berkala menurut keadaan barang dibedakan:

a.    Pemeliharaan barang habis pakai.
Pemeliharaan barang habis pakai merupakan cara penyimpanan sebelum barang tersebut digunakan.
b.    Pemeliharaan barang tidak habis pakai
Dengan pemeliharaan dan perawatan yang cermat, diharapkan barang perlengkapan yang dimiliki sekolah dapat terawat dengan baik serta mudah dipergunakan dan tidak cepat rusak. Untuk hal tersebut perlu kesadaran dan tanggungjawab oleh semua pihak. Selain dari pengelolaan sarana dan prasarana di atas, maka masih ada yang penting yang perlu dilaksanakan adalah tentang adanya pelaporan. Dengan kegiatan laporan ini, maka pemantauan terhadap pengelolaan sarana dan prasarana ini dapat terjaga dengan baik.
2.3       Tujuan Dan Manfaat Pemeliharaan
a.    Tujuan Pemeliharaan
Untuk mengoptimalkan usia pakai perlatan. Hal ini sangat penting terutama jika dilihat dari aspek biaya, karena untuk membeli suatu peralatan akan jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan merawat bagian dari peralatan tersebut.
1.      Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan untuk mendukung kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2.      Untuk menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan melalui pencekkan secara rutin dan teratur.
3.      Untuk menjamin keselamatan orang atau siswa yang menggunakan alat tersebut.
b.  Manfaat Pemeliharaan
·         Jika peralatan terpelihara baik, umurnya akan awet yang berarti tidak perlu mengadakan penggantian dalam waktu yang singkat.
·         Pemeliharaan yang baik mengakibatkan jarang terjadi kerusakan yang berarti biaya perbaikan dapat ditekan seminim mungkin.
·         Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka akan lebih terkontrol sehingga menghindar kehilangan.
·         Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka enak dilihat dan dipandang.
·         Pemeliharaan yang baik memberikan hasil pekerjaan yang baik.
2.4       Macam-macam Pemeliharaan
1. Perawatan terus menerus (teratur, rutin)
a.       Pembersihan saluran drainase dari sampah dan kotoran
b.      Pembersihan ruangan-ruangan dan halaman dari sampah dan kotoran
c.       Pembersihan terhadap kaca, jendela, kursi, meja, lemari, dan lain-lain
d.      Pembabatan rumput dan semak yang tidak teratur
e.       Pembersihan dan penyiraman kamar mandi/wc untuk menjaga kesehatan.
2. Perawatan berkala
a.    Perbaikan atau pengecatan kusen-kusen, pintu, tembok dan komponen bangunan lainnya yang sudah terlihat kusam
b.    Perbaikan mebeler (lemari, kursi, meja, dan lain-lain)
c.    Perbaikan genteng rusak/pecah yang menyebabkan kebocoran
d.  Pelapisan plesteran pada tembok yang retak atau terkelupas
d.   Pembersihan dan pengeringan lantai, halaman atau selasar yang terkena air hujan/air tergenang.
3. Perawatan darurat
a.       Dilakukan terhadap kerusakan yang tidak terduga sebelumnya dan berbahaya/merugikan apabila tidak diantisipasi secepatnya
b.      Perbaikan yang sifatnya sementara dan harus cepat selesai supaya;
c.       Kerusakan tidak bertambah parah
d.      Proses pembelajarantidak terganggu
e.       Dilaksanakan secara swakelola
f.       Harus segera dilakukan perbaikan permanen.
4. Perawatan preventif
Perawatan preventif adalah perawatan yang dilakukan pada selang waktu tertentu dan pelaksanaannya dilakukan secara rutin dengan beberapa kriteria yang ditentukan sebelumnya. Pada dasarnya perawatan preventif merupakan cara perawatan sarana dan prasarana yang dilakukan sebelum sarana dan prasarana tersebut mengalami kerusakan Tujuannya adalah untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan sarana dan prasarana tidak bekerja dengan normal dan membantu agar sarana dan prasarana dapat aktif sesuai dengan fungsinya.
Pekerjaan yang tergolong perawatan preventif adalah melihat, memeriksa, menyetel, mengkalibrasi, meminyaki, penggantian suku cadang dan sebagainya. Adapun langkah-langkah dalam perwatan preventif adalah:
1.        Menyusun program perawatan preventif di sekolah
2.        Membentuk tim pelaksana perawatan preventif sekolah yang terdiri atas; Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Tata Usaha, BP3 atau Komite Sekolah
3.        Menyiapkan jadwal tahunan kegiatan perawatan untuk setiap peralatan dan fasilitas sekolah
4.        Menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian sekolah
5.        Memberi penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran dalam merawat sarana dan prasarana sekolah.


BAB III
HASIL OBSERVASI
3.1   Sarana Dan Prasarana Sekolah
Sarana dan Prasarana yang ada di SMP Negeri 3 Tilatang, Kemang Kab. Agam, antara lain :
a.       Lahan :
SMP Negeri 3 Tilatang, Kemang Kab. Agam dibangun diatas lahan seluas 1670 m dengan rincian :
a.       Lahan terbangun seluas 520 m 
b.      Lahan kegiatan praktek 150 m
b.      Bangunan :
1)        Ruang kelas
Terdiri dari 22 ruangan dan ada beberapa ruangan yang memerlukan perbaikan di bagian atap dan dinding kelas. Setiap ruangan kurang lebih terdiri dari 35-40 kursi dan 20 meja. Selain itu disetiap kelas juga terdapat meja dan kursi guru. Dalam ruang kelas tersebut juga terdapat papan tulis (blackboard dan whiteboard), papan absen, mading untuk menempel hasil karya para siswa, media pembelajaran, lemari yang digunakan untuk menyimpan buku-buku dan media yang dibutuhkan oleh siswa.
2)        Perpustakaan
Perpustakaan yang dimiliki oleh SMP Negeri 3 Tilatang, Kemang Kab. Agam masih tergolong sangat sederhana sekali, di dalamnya hanya terdapat buku-buku pelajaran yang dibutuhkan oleh siswa dan ruangannya juga sempit. 
3)        Kantor guru
Kantor guru terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang dewan guru, dan ruang tamu. Dalam ruang tersebut terdapat lemari untuk menyimpan piala dan data-data milik SMP Negeri 3 Tilatang, Kemang Kab. Agam. Selain itu, di dalam kantor guru juga terdapat kamar mandi untuk para guru. 
4)        UKS
Terdiri dari kasur, perlengkapan untuk obat-obatan (kotak P3K), pengukur berat badan, pengukur tinggi badan.
5)        Koperasi sekolah
Koperasi sekolah berada di bagian belakang kantor guru. Dalam koperasi sekolah menjual makanan ringan, minuman dan gorengan. Koperasi sekolah ini ditangani oleh salah satu guru di SMP Negeri 3 Tilatang, Kemang Kab. Agam itu sendiri. 
6)        Kamar mandi dan tempat wudhu
Kamar mandi ada 6 (masing-masing 3 kamar mandi untuk laki-laki dan perempuan) yang lumayan bersih.
7)        Gudang
Gudang di SMP Negeri 3 Tilatang, Kemang Kab. Agam digunakan untuk menyimpan barang-barang yang sudah tidak diperlukan lagi. Selain itu, gudang juga digunakan untuk menyimpan peralatan olahraga. 
8)        Perabot Kelas :
ü  Papan tulis
SMP Negeri 3 Tilatang, Kemang Kab. Agam memiliki 23 papan tulis (whiteboard).
ü  Meja dan bangku siswa
Untuk meja dan bangku siswa, ada beberapa yang kondisinya tidak layak pakai. Jumlah kursi secara keseluruhan ada 199 kursi dan 96 meja. 
ü  Meja dan bangku guru
Di setiap kelas memiliki satu pasang meja dan bangku guru yang diletakkan di bagian depan kelas.
ü  Lemari kelas
Lemari yang dimiliki berjumlah 24, dengan rincian 22 lemari untuk masing-masing kelas dan 2 lemari diletakkan di kantor guru yang digunakan untuk menyimpan data-data milik SMP Negeri 3 Tilatang, Kemang Kab. Agam.
ü  Papan absen
Papan absen diletakkan di masing-masing kelas, mulai dari kelas VII sampai kelas IX.
ü  Alat Peraga
o    Foto presiden dan wakil presiden
Semua kelas memiliki foto presiden dan wakil presiden yang diletakkan di atas papan tulis. 
o    Gambar burung garuda
Hanya ada beberapa kelas yang memiliki gambar burung garuda, karena ada beberapa gambar yang rusak dan terpaksa di letakkan di gudang.
o    Gambar pahlawan Negara
Gambar pahlawan negara hanya dipasang di kelas IX saja.
o    Globe
SMP Negeri 3 Tilatang, Kemang Kab. Agam hanya memiliki 15 globe, dipasang VII sedangkan yang lainnya disimpan di ruang guru. 
o    Peta negara Indonesia
Hanya ada 10 peta Indonesia yang di pasang di kelas VII.
o    Media
SMP Negeri 3 Tilatang, Kemang Kab. Agam hanya memiliki media pembelajaran berupa tape recorder yang digunakan untuk senam pagi dan keperluan setiap upacara bendera. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kebanyakan menggunakan metode ceramah. 
o    Buku
Buku yang dimiliki oleh SMP Negeri 3 Tilatang, Kemang Kab. Agam tergolong lengkap, mulai dari buku pegangan, buku pelengkap dan buku sumber. Untuk buku bacaan, SMP Negeri 3 Tilatang, Kemang Kab. Agam tidak menyediakan buku bacaan yang sifatnya tidak berhubungan dengan pelajaran yang ada di sekolah.
3.2 Pengadaan Sarana dan Prasarana di Sekolah 
Dalam pengadaan sarana dan prasarana di SMP Negeri 3 Tilatang, Kemang Kab. Agam selalu membentuk panitia yang bertugas untuk bertanggung jawab dalam pengadaan sarana dan prasarana tersebut. Panitia yang dibentuk beranggotakan beberapa dewan guru dan komite sekolah. Cara yang paling banyak dilakukan oleh sekolah dalam pengadaan sarana dan prasarana adalah dengan membeli sarana dan prasarana yang dibutuhkan dengan menggunakan satu-satunya bantuan yang berasal dari pemerintah, yaitu BOS. BOS digunakan untuk kebutuhan sekolah seperti membeli buku (BOS yang digunakan adalah BOS Buku), merawat sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan ringan dan untuk melengkapi kebutuhan sekolah yang lainnya. Apabila uang BOS masih tersisa, pihak sekolah akan menggunakannya untuk pengadaan seragam sekolah gratis bagi siswa yang tidak mampu. 
Hambatan yang dialami SMP Negeri 3 Tilatang, Kemang Kab. Agam dalam pengadaan sarana dan prasarana di sekolah adalah kurangnya dana yang dimiliki oleh sekolah, karena SD ini hanya mengandalkan uang yang berasal dari bantuan BOS. Sehingga untuk mengatasi masalah ini sekolah harus meminimalisir biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan sarana dan prasarana agar tidak terjadi kekurangan dalam keuangan sekolah. SDN Turirejo 5 tidak pernah meminta bantuan kepada para wali murid, karena sekolah tidak mau lagi memberikan beban pada wali murid.


3.3Pendistribusian Sarana dan Prasarana
Kegiatan kedua dalam administrasi sarana dan prasarana sekolah adalah pendistribusian barang-barang yang telah dibeli kepada orang unit-unit kelas atau orang yang membutuhkan bagi kegiatan belajar mengajar. 
Kegiatan pendistribusian ini dilakukukan oleh sekolah jika barang yang dibutuhkan berupa barang-barang yang dipakai secara individu atau terpisah secara kelas. Jenis sarana pelajaran bagi murid didistribusikan ke perpustakaan sekolah. Sehingga memudahkan bagi murid dan guru dalam menggunakannya. 
Dalam pendistribusian sarana, jumlah barang yang akan didistribusikan harus di kontrol agar menghindari adanya keborosan penggunaan sehingga penggunaan barang menjadi tidak efektif. Oleh karena itu, panitia pengadaan yang terdiri dari guru dan komite sekolah, meneliti terlebih dahulu penerima yang cocok bagi sarana tersebut. 
Dalam pendistribusian sarana dan prasarana tersebut, biasanya dilakukan setelah jam sekolah selesai agar tidak mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar.

3.4 Pemakaian Sarana dan Prasarana di Sekolah
Pemakaian sarana dan prasarana di sekolah sudah menjadi tanggungjawab bagi semua pihak sekolah, sehingga jika ada sarana dan prasarana yang rusak harus ditangani dan diperbaiki oleh seluruh warga sekolah termasuk siswa. Hambatan yang paling sering muncul dalam pemakaian sarana dan prasarana sekolah adalah tidak lengkapnya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah ini, sehingga sekolah tidak bisa memaksimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang seharusnya dimiliki sekolah-sekolah pada umumnya. Untuk mengatasi hal ini sekolah berusaha untuk menggunakan sarana dan prasarana yang ada agar tidak tertinggal jauh dari sekolah-sekolah lain walaupun itu merupakan hal yang sangat sulit untuk diwujudkan.

3.5Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di Sekolah
Dalam pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah, cara yang paling sering digunakan adalah secara kontinue atau teratur untuk menghindari kerusakan yang berat, pemeliharaan biasanya dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan sekali. Sarana dan prasarana yang paling sering dilakukan pemeliharan adalah ruang kelas dan kamar mandi, khususnya bagian atap ruang kelas dan kamar mandi yang sering mengalami kebocoran saat terjadi musim penghujan. Selain itu, pemeliharaan sarana dan prasarana di sekolah juga dilakukan oleh petugas kebersihan sekolah yang dilakukan setiap hari.
Masalah yang sering muncul dalam pemeliharaan sarana dan prasarana di sekolah adalah usia gedung sekolah yang sudah tua, sehingga rawan sekali terjadi kerusakan. Untuk menanggulangi masalah tersebut sekolah mengadakan pemeliharaan secara kontinue atau teratur agar kerusakan yang terjadi tidak semakin parah. 









BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Bentuk-Bentuk Pemeliharaan Yang Dilakukan
1. Berdasarkan kurun waktu
Upaya pemeliharaan menurut ukuran waktu dapat dilakukan:
a)        Pemeliharaan sehari-hari
Pemeliharaan ini dapat dilakukan setiap hari (setiap akan/sesudah memakai). Pemeliharaan ini dilakukan oleh pegawai yang menggunakan barang tersebut dan bertanggung jawab atas barang itu, misalnya; pengemudi mobil, pemegang mesin tik, mesin stensil dan sebagainya, harus memelihara kebersihan dan memperbaiki kerusakankerusakan kecil.
b)        Pemeliharaan berkala
Pemeliharaan ini dapat dilakukan secara berkala atau dalam jangka waktu tertentu sesuai petunjuk penggunaan (manual), misalnya 2 atau 3 bulan sekali dan sebagainya (seperti mesin tulis) atau setelah jarak tempuh tertentu (kendaraan bermotor) atau jam pakai tertentu (mesin statis). Upaya pemeliharaan ini biasanya dilakukan sendiri oleh pemegangnya/penanggung jawabnya atau memanggil ahli untuk melakukannya.
2. Berdasarkan umur penggunaan barang
Upaya pemeliharaan menurut umur penggunaan barang dapat dilihat dari dua aspek:
a.         Usia barang secara fisik
Setiap barang terutama barang elektronik atau mesin mempunyai batas waktu tertentu dalam penggunaannya.
Untuk peralatan dan mesin kondisi usang itu sangat relatif, oleh karena itu perlu disepakati batas-batasnya. Kalau sebuah mesin kapasitasnya dikatakan 100 % pada waktu baru, maka pada kondisi usang kapasitas total adalah 0 %.


b.         Usia barang secara administratif
Dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari jarang ditemui barang yang keadaannya secara fisik telah 0 %, sebab kalau terjadi hal yang demikian jelas telah mengganggu kelancaran
kegiatan dalam organisasi. Oleh karena itu biasanya barang dalam kondisi yang kapasitasnya lebih kurang 50 % sudah diusulkan untuk dihapus, karena hanya mempersempit ruangan saja dan biaya perawatannya juga akan lebih besar. Misalnya pemakaian barang yang berwujud seperti kendaraan dinas dengan jangka waktu selama 5 tahun.
3.        Pemeliharaan dari segi penggunaan
Barang yang digunakan harus sesuai dengan fungsinya sehingga dapat mengurangi kerusakan pada barang tersebut. Misalnya, penggunaan komputer yang digunakan untuk keperluan kantor, bukan untuk yang lainnya.
4.        Pemeliharaan menurut keadaan barang
Pemeliharaan yang dilakukan menurut keadaan barang dilakukan terhadap barang habis pakai dan barang tak habis pakai.
a.       Pemeliharaan untuk barang yang habis pakai terutama ditujukan pada saat penyimpanan sebelum barang tersebut dipergunakan.
b.      Pemeliharaan terhadap barang tahan lama seperti:
ü  Mesin-mesin
Mesin-mesin memerlukan pemeliharaan sehari-hari dan pemeliharaan berkala. Pemeliharaan sehari-hari dilakukan oleh pegawai yang diserahi tugas dan tanggung jawab terhadap alat-alat tersebut. Misalnya untuk mesin-mesin kantor selalu harus dibersihkan dari debu, disikat pada bagian yang perlu disikat, menutup kembali setelah dipergunakan. Untuk mesin pembangkit tenaga listrik perlu diperiksa alat pelumas dan alat pendingin. Pemeliharaan alat harus sesuai dengan ketentuan pabrik.
ü  Kendaraan
Untuk kendaraan bermotor diperlukan pemeliharaan sehari-hari, berkala, dan perbaikan terhadap kerusakan dengan cara:
·         Membersihkan kendaraan
·         Memeriksa air radiator
·         Memeriksa minyak motor
·         Membersihkan dan memeriksa air accu
·         Jika terdapat kerusakan. melaporkan ke unit yang mengurus kendaraan untuk mendapat perbaikan.
ü  Alat-alat elektronika
Alat-alat elektronika memerlukan pemeliharaan seharihari dan pemeliharaan berkala. Cara pemeliharaannya sama dengan pemeliharaan mesin-mesin kantor. Untuk beberapa peralatan tertentu cara pemeliharaannya ditentukan oleh pabrik yang memproduksi.
ü  Buku-buku
Pemeliharaan terhadap buku-buku dilakukan setiap hari dan berkala. Pemeliharaan setiap hari dilakukan dengan jalan membersihkan buku-buku tersebut secara berkala dengan melakukan penyemprotan obat anti hama untuk waktu-waktu tertentu.
ü  Meubiler
Pemeliharaan mebiler pada garis besarnya hanya memerlukan pemeliharaan sehari-hari dan perbaikan jika terjadi kerusakan.
ü  Alat-alat laboratorium
Pemeliharaan terhadap alat-alat laboratorium memerlukan pemeliharaan sehari-hari dan untuk sebagian memerlukan pemeliharaan berkala. Khusus untuk alat-alat yang mudah pecah harus diperhatikan mengenai penempatan alat-alat tersebut dengan cara membuatkan kotak-kotak khusus. Sebagian besar dari kewajiban pemeliharaan alat laboratorium dilakukan oleh tenaga tehnis bukan tenaga administratif.
ü  Gedung-gedung
Gedung-gedung memerlukan pemeliharaan sehari-hari. Untuk perbaikan berkala misalnya setiap tahun dilakukan pengapuran dan perbaikan terhadap kerusakan. Perbaikan terhadap kerusakan dapat berupa perbaikan ringan yaitu terhadap kerusakan kecil-kecil dan perbaikan berat misalnya rehabilitasi. Perbaikan sehari-hari, pemeliharaan berkala dan perbaikan ringan dibebankan pada anggaran rutin, sedang untuk rehabilitasi biayanya pada anggaran pembangunan. Pemeliharaan gedung sekolah menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Penjaga/pesuruh sekolah adalah orang yang bertugas sehari-hari dalam memelihara kebersihan, keamanan, dan berada dibawah pengamatan kepala sekolah. Perlu disadari bahwa mencegah kerusakan lebih muda dari memperbaiki kerusakan.
ü  Pemeliharaan ruang kelas
·           Setiap kelas dibentuk tim piket kelas yang secara bergiliran bertugas menjaga kebersihan dan ketertiban kelas
·           Setiap tim piket kelas yang bertugas hendaknya menyiapkan dan memelihara perlengkapan kelas.
ü  Pemeliharaan tanah sekolah
Pemeliharaan terhadap tanah sekolah berupa pemagaran/pemberian tanda batas dan pembersihan. Pelaksanaan pemeliharaan tanah sekolah meliputi:
o   Pagar sekolah
Pagar sekolah diusahakan dengan tinggi minimal 185 cm dibuat dari tembok bata atau besi atau kombinasi keduanya, tidak membahayakan keselamatan siswa, bukan tempat memanjat dan tempat melompat siswa.
o   Taman sekolah
Taman sekolah direncanakan minimal sepertiga luas tanah sekolah, bisa ditanami tanaman tahun atau buah-buahan, tanaman bunga, rumput sehingga dapat digunakan kawasan areal hijau sekolah.
o   Tempat upacara
Lapangan tempat upacara sebaiknya dikeraskan dengan semen/aspal agar pada waktu musim hujan tidak becek dan pada musim panas tidak berdebu yang dapat mengganggu kesehatan.

o   Lapangan olah raga
Lapangan untuk senam, basket, bola volli, bulu tangkis, perlu diperhatikan pemeliharaan dan pengaturan pemakaiannya secara bergantian dan sebaiknya dibuatkan jadwal pemakainnya.

4.2 Hal-hal yang Perlu diperhatikan
1. Tenaga kerja/tenaga sukarela
a. Guru dan murid
b. Tenaga gotong royong/swadaya masyarakat
c. Pekerja harian lepas/musiman
d. Pekerja harian tetap, antara lain penjaga sekolah
2. Alat dan bahan
a.    Alat, seperti lap untuk pembersih, sapu lantai dan sapu lidi, peralatan kayu, ember, peralatan tembok/batu, kuas cat, amplas, dan lain-lain.
b.    Bahan, seperti batu bata, pasir, semen, air, cat, genteng, paku, pelitur, seng, dan lain-lain.
3. Jenis atau spesifikasi barang, ada yang perlu perawatan
secara rutin ada juga yang hanya dilakukan secara berkala.


BAB V
PENUTUP
5.1   Kesimpulan
Sarana pendidikan adalah fasilitas-fasilitas yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai. Sedangkan prasarana pendidikan merupakan segala sesuatu yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan. Di SMP Negeri  3 Tilatang Kamang Kabupaten Agam sudah memenuhi standar nasional pendidikan dengan sarana dan prasana yang baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya observasi yang kami lakukan ke sekolah tersebut. Sarana dan prasarana yang sudah tersedia di SMP Negeri 3  Tilatang Kamang Kabupaten Agam membuat para siswa terfasilitasi dengan baik untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan individunya.
5.2   Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan,maka terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan:
1.    Bagi supervisor
Supervisor adalah pihak yang menjadi penasehat kegiatan belajar mengajar, maka agar memberikan jalan dan solusi bavis ekolah agar semakin meningkatkan kemampua memaneejemen sekolah.
2.    Bagi Pihak Sekolah
Sekolah yang bagus bukan hanya sekolah yang memiliki sarana yang cukup namun juga sekolah yang mempunyai menajemen sarana dan prasarana yang menujang, oleh karena itu, pihak sekolah harus lebih memperhatikan manajemen yang ada di sekolah